Sentimen Risiko Memudar, Pasar Saham Berpotensi Melemah
Kondisi pasar pada perdagangan Rabu (05/07/2023) relatif terasa sepi pasca libur Hari Kemerdekaan AS pada hari Selasa kemarin. Indeks saham berjangka AS turun bersamaan dengan saham - saham Asia karena minimnya panduan dari Wall Street yang tutup.
Selain itu, melemahnya pasar saham Asia juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor jasa Tiongkok yang melambat, sehingga semakin mengurangi minat pasar terhadap ekuitas. Indeks berjangka S&P 500 dan Nasdaq sama-sama mencatat penurunan 0,1%.
Penurunan awal terjadi pada saham-saham di Tiongkok yang cukup dalam setelah indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa Caixin, Tiongkok, mencatat penurunan yang melampaui perkiraan. Sebuah kondisi yang semakin menyoroti kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia yang sudah lesu.
Optimisme yang memudar terhadap prospek Tiongkok juga mendorong para pelaku pasar untuk menurunkan ekspektasi mereka terhadap kenaikan di pasar saham Asia, khususnya di tahun ini. Indeks regional Asia turun lebih dari 0,5% pada hari Rabu, seiring penurunan saham-saham di Jepang, Korea Selatan, dan Australia, sementara indeks berjangka S&P 500 turun 0,1%.
Para pelaku pasar saat ini akan fokus pada data indeks manajer pembelian sektor jasa untuk wilayah euro yang juga memiliki pengaruh terhadap sentimen di pasar, dan diikuti dengan rilis terbaru Fed Minutes, yang membuat investor Wall Street berada dalam ketidakpastian.
Setelah saham-saham AS mengalami reli yang kuat di paruh pertama tahun ini, para pelaku pasar saat kini dikhawatirkan oleh suku bunga yang lebih tinggi dan latar belakang ekonomi yang memburuk dapat membatasi kenaikan dari level saat ini. Meski para ekonom mengatakan masih terlalu dini untuk mengabaikan risiko suku bunga yang lebih tinggi yang akan membebani sektor saham.
Para pelaku pasar juga mengarahkan fokus mereka pada rilis laporan Nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat sebagai petunjuk apakah Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih dari sekali untuk mengendalikan inflasi.
Ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Juli semakin meningkat setelah jeda bulan lalu, meski kemungkinan kenaikan tersebut hanya sebesar 32% dan bank sentral kemungkinan akan melakukan kenaikan suku bunga lagi pada bulan Oktober mendatang.